Keabadian Yang Akan Datang. Dengan puisi aku menangis. Jarum waktu bila kejam mengiris. Dengan puisi aku mengutuk. Nafas zaman yang busuk. Dengan puisi aku berdoa. Perkenankanlah kiranya. Itulah puisi tentang sumpah pemuda karya Chairil Anwar dan Taufik Ismail. Selamat Hari Sumpah Pemuda.
Proses hidupnya itulah yang membuat Sjuman Djaya menulis skenario tentang kisah perjalanan dan karya-karya penyair Chairil Anwar. Judul sajak “AKU” karya Chairil telah membuat pemerintahan Jepang kala itu sempat gentar dan ketakutan karena isi liriknya yang membangkitkan semangat pemberontakan dan keberanian para pejuang Indonesia.

Puisi aku karya Chairil Anwar dalam bahasa Inggris mempersembahkan keindahan puitisnya yang abadi. Lirik-lirik yang mengalir dengan begitu lancar mempersembahkan gambaran jiwa sang penyair, membawa pembaca dalam perjalanan melalui kegelapan dan kekosongan. Menikmati puisi ini adalah seperti terbang bebas dalam lautan kata-kata yang mempesona. Temukan makna baru dalam setiap bait, melalui kata

Jumlah bait puisi “kesabaran” ini terdiri dari 6,4,2,3. Sehingga, dapat ditandai bahwa puisi ini tergolong menjadi puisi puisi baru dikarenakan jumlah lariknya yang tidak dibatasi namun tetap memiliki kesatuan makna. Rima yang membentuk puisi disamping menciptakan keindahan sehingga puisi ini mejadi enak didengar, meskipun tanpa dilagukan.
dan makna tertentu. Isi puisi tersebut terdapat makna yang terkandung seperti, keyakinan hati atas pilihannya, wujud kesetiaan dan keberanian berjuang meskipun banyak hambatan yang dihadapi, maka dari itu peneliti menganalisis puisi dari Chairil Anwar “aku”.
Dalam empat baris pertama sajak ini Chairil Anwar mencoba menyelaraskan irama bunyi setiap akhir baris, antara larut dan kabut, badan dan pelabuhan. Di sini chairil Anwar mencoba menceritakan sebuah perjuangan antara si “aku” dan “temannya” yang dirangkum dalam kata “kami” dengan penuh perjuangan hingga berkeringat.
8eBr. 49 349 195 446 422 442 39 113 483

makna puisi chairil anwar aku